Thursday, September 6, 2007

Antara Uang dan Waktu

Rekan TDA mungkin sedang berlari kencang mengejar 11 digit ataupun rekan TDB sedang berjuang hebat sepenuh jiwa raga, pikiran, menuju freedom TDA. Tapi jangan sampai terlupa luangkan waktu tuk keluarga kita.
Berikut artikel menyentuh yg saya cuplik :

Antara Uang dan Waktu

Sebagai orangtua, salah satu tujuan kita bekerja adalah untuk mencari uang buat anak-anak kita. Bukan hanya untuk makan dan memenuhi kebutuhan dasar keluarga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anak yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Uang memang bukan segalanya, kita tahu dan sadar. Kita selalu menganggap uang hanya sekedar alat untuk membantu membuat hidup anak-anak kita menjadi lebih mudah.

Kisah kecil semacam ini mungkin pernah Anda baca. Ketika mengingat dan menuliskannya kembali, hal ini membuat saya merefleksikan apa-apa yang selama ini saya anggap penting dalam hidup saya.

**--**

Seorang Ayah, sebut saja namanya Billy, sibuk sekali dengan pekerjaannya sebagai konsultan. Banyak klien yang harus ditanganinya. Semua pekerjaan itu begitu menyita waktunya.

Pada suatu hari anaknya, Ben, bertanya kepadanya:
"Ayah, maukah Ayah menemani aku menonton film Harry Potter?"

"Aduh, maaf ya Ben. Ayah sedang sibuk sekali dengan pekerjaan. Kamu tahu, semua yang Ayah lakukan adalah untuk kepentingan kamu. Ayah mencari uang untuk kamu."

Di hari yang lain, Ben datang diantara kesibukan Billy.
"Ayah, yuk kita merakit robot baru Ben..."

"Billy, Ayah kan sudah membelikan kamu robot baru. Ayah sekarang sedang sibuk bekerja. Kamu main sendiri saja sana dengan robot barumu...," jawab Billy diantara kesibukannya.

Keesokan harinya, Ben datang lagi kepada Billy.
"Ayah, aku mau cerita tentang sepeda baru yang dibelikan Ayah..." Ben datang dengan semangat tinggi untuk bercerita kepada Billy.

"Sebentar...sebentar....," kata Billy. "Ayah tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita kamu. Ayah sangat sibuk sekali. Bukankah Ayah sudah membelikan kamu sepeda? Kamu main saja sepeda bersama teman-temanmu."

Dengan sedih, Ben masuk ke kamarnya. Tiba-tiba dia mendapat ide setelah melihat kotak tabungannya. Dengan semangat yang meluap-luap, dia kembali menemui Ayahnya.
"Ayah... Berapa sih Ayah dibayar setiap jam?"

"Ben...," kata Billy mulai kehilangan kesabaran. "Tidakkah kamu melihat Ayah sedang sibuk bekerja? Kamu kan tahu Ayah bekerja buat kamu..." jawabnya setengah berteriak karena kesal.

"Aku cuma ingin tahu saja Ayah..." kata Ben dengan pelahan.

"$20!" kata Billy singkat untuk menyelesaikan pembicaraan dengan Ben. "Untuk apa kamu tanya tentang tarif konsultasi Ayah?"

Tapi Ben tidak menjawab. Dia sudah hilang dan melesat kembali ke kamarnya.
Dengan hati berdebar-debar, Ben mulai membuka kotak tabungannya. Dihitungnya satu persatu uang yang dimilikinya. Semua isi tabungannya $15. Dengan muka sedih, Ben kembali ke ruang Ayahnya.

"Ada apa lagi, Ben?" tanya Billy sebelum Ben sempat berucap. "Kamu butuh uang?" tanya Billy setelah melihat Ben membongkar kotak tabungannya.

"Iya Ayah"

"Berapa?"

"$5"

Tanpa banyak bicara, Bill membuka dompetnya. Dia mengulurkan uang $5 kepada Ben. "Ini uangnya. Tapi jangan ganggu Ayah lagi ya.. Ayah mau bekerja."

Bersoraklah Ben kegirangan sambil berlari-lari mengelilingi meja Ayahnya dengan tertawa-tawa. Melihat anaknya gembira dan berbahagia, Billy pun luluh kekesalannya. Diperhatikannya Ben yang menari kegirangan dengan uang di tangannya.

"Ayah..." kata Ben dengan wajah riang menghampiri Billy.

"Apa Ben...?" kata Billy bersiap mendengarkan kata-kata anaknya.

"Aku kan sudah menghitung tabunganku. Terus Ayah baru saja memberiku uang $5. Sekarang uangku ada$20..."

"Kamu mau membeli apa Ben dengan uangmu itu?" tanya Billy.

Ben terdiam sebentar. Setelah jedah kosong dua detik, Ben berkata kepada Billy:

"Bolehkah aku membeli waktu Ayah satu jam.....?

Tersentak dengan kata-kata Ben, Billy tak dapat berbicara apapun....

***--***

Source: http://www.sumardiono.com